Ketok, Magic!
Bukan. Gue bukan mau bahas soal perbengkelan. Ini tentang teguran bapak ibu yang dilayangkan pada gue, anak sulungnya.
Selama gue hidup 22 tahun ini, gue hampir lupa berstatus sebagai putri pertama mereka. Yang gue tau, gue punya abang, yang beberapa jam setelah kelahirannya, dia langsung meninggalkan dunia yang fana ini.. Mungkin dia lebih suka kembali surga. Gue yang terlahir tak sengaja tiga tahun setelahnya, mau gak mau jadi anak pertama, dengan mental anak kedua.
Cukup berat awalnya, jadi anak pertama. Tuntutan dari bapak dimulai terasa jelas begitu gue menjelang lulus SMA. Tak terelakkan debat sana-sini sama si bapak, tentang masa depan dan cita-cita.
Setelah gue melewati perjuangan yang cukup di masa kuliah dan sekarang alhamdulillah sudah dapet tempat kerja yang nyaman, gue pikir tuntutan dari nya berakhir sudah. Ternyata enggak.
Giliran ibu. Biasanya ibu berperan sebagai pihak yang "terserah pilihan Willa aja", namun tidak kali ini. Terbukti dengan pembicaraan santai yang akhirnya berujung serius beberapa hari lalu.
Ibu : "Willa, kamu gak punya pacar?"
Gue : (Sambil geleng-geleng semangat) "Nggak."
Ibu : "Kamu kan udah ga ada tanggungan lagi. Sekolah udah selesai. kerja udah dapet."
Gue : (Mulai paham arahnya ke mana) "Ya terus?"
Ibu : "Kamu cari lah."
Gue : "Cari? Dikata gampang kali."
Ibu : "Makanya berdoa."
Gue: "Berdoa mah iya, bu. Kan jodoh gak Willa doa subuh, terus pas zuhur nya dia ketok pintu, langsung minta jadi pacar Willa!"
Kalo iya bisa begitu, magic bener kan.
Selama gue hidup 22 tahun ini, gue hampir lupa berstatus sebagai putri pertama mereka. Yang gue tau, gue punya abang, yang beberapa jam setelah kelahirannya, dia langsung meninggalkan dunia yang fana ini.. Mungkin dia lebih suka kembali surga. Gue yang terlahir tak sengaja tiga tahun setelahnya, mau gak mau jadi anak pertama, dengan mental anak kedua.
Cukup berat awalnya, jadi anak pertama. Tuntutan dari bapak dimulai terasa jelas begitu gue menjelang lulus SMA. Tak terelakkan debat sana-sini sama si bapak, tentang masa depan dan cita-cita.
Setelah gue melewati perjuangan yang cukup di masa kuliah dan sekarang alhamdulillah sudah dapet tempat kerja yang nyaman, gue pikir tuntutan dari nya berakhir sudah. Ternyata enggak.
Giliran ibu. Biasanya ibu berperan sebagai pihak yang "terserah pilihan Willa aja", namun tidak kali ini. Terbukti dengan pembicaraan santai yang akhirnya berujung serius beberapa hari lalu.
Ibu : "Willa, kamu gak punya pacar?"
Gue : (Sambil geleng-geleng semangat) "Nggak."
Ibu : "Kamu kan udah ga ada tanggungan lagi. Sekolah udah selesai. kerja udah dapet."
Gue : (Mulai paham arahnya ke mana) "Ya terus?"
Ibu : "Kamu cari lah."
Gue : "Cari? Dikata gampang kali."
Ibu : "Makanya berdoa."
Gue: "Berdoa mah iya, bu. Kan jodoh gak Willa doa subuh, terus pas zuhur nya dia ketok pintu, langsung minta jadi pacar Willa!"
Kalo iya bisa begitu, magic bener kan.
ngakak pooolllll =))
ReplyDeletemakasih mendo.. seneng deh gue udah bikin orang lain bahagia baca blog ini :)
ReplyDeletelo sarkas yak?
ReplyDeletegpp kan ketawa2, daripada KEPO KEPEDEAN DIOMONGIN? :p
eh, gw udah official jadi orang jakarta lagi setelah 5 tahun jadi orang bandung, hahaha..
mana sarkas? itu dari lubuk hati tauk..
ReplyDeletegue pikir lo orang padang, ndo :|
okee :)
ReplyDeleteorang padang yang tinggal di jakarta, trus 5 tahun di bandung, trus balik lagi ke jakarta..
kok jadi ngomongin ginian..
kan temanya "willa yang sudah (tampaknya) dituntut berkeluarga oleh keluarganya"
ditunggu undangannya wiiillll!!
willaaa,...gw baca blog lo,..hahahaaa :D ibunya willa bnr tuh, hayok semangat wil cari pasangan hidup,apa perlu dicariin nih??hahaaahaa :D,..*becanda..
ReplyDelete