Oh, Begitu Rasanya.
Jadi ceritanya, Senin kemarin gue kecelakaan.
Gue mau berangkat ke kantor, seperti biasa, pukul 07.10 pagi gue keluar dari rumah menuju tempat tunggu bus patas 16 jurusan Rawamangun-Lebak Bulus yang sangat langka untuk mengantar gue dari Pramuka ke kantor di Sudirman depan Ratu Plaza. Gak ada feeling apa-apa. Kecuali hari itu gue merasa harus tampil kece sampai harus berganti pakaian kerja dua kali.
Sebelumnya via twitter, salah satu teman gue menebak apa pakaian gue hari ini. "Rok mini", tebaknya tanpa ragu karena itu udah jadi gaya keseharian gue ke kantor. Tapi nggak, dia salah. Hari itu gue memutuskan untuk memakai pakaian yang lebih sopan dan memberi efek hangat, celana panjang boot-cut dan kemeja ungu ketat plus rompi. Saat itu pertimbangan gue karena semalam turun hujan, cuaca paginya pasti jadi lebih dingin.
Gue siap berangkat dengan setelan tadi plus memakai headset handphone gue. Persis secret agent di film action. Nggak, gue gak berpose ala SPY di cermin untuk melihat tampilan gue yang udah cukup keren. Gue berdoa dalam hati untuk memulai aktivitas hari itu.
Waktunya pamit ..
Bapak yang pertama kali gue cium tangannya. Dia berpesan seperti biasa, "Hati-hati ya, mbak Willa." Gue cari ibu gue, tapi kata Bapak, udah jalan aja, lagi kelonin mbah uti. Jadilah gue berangkat tanpa pamit ibu.
Di gapura depan rumah ..
Gue ketemu kakak sepupu gue yang mau berangkat juga, mbak Leli. Gue salim, dan ngobrol sebentar.
"Willa nyebrang ya mbak."
"Iya, Will. Hati-hati ya.."
Ada dua jalur di jalan Utan Kayu Raya. Jalur yang sibuk dan padat itu dari arah Rawamangun ke Pramuka; gue berhasil melewatinya dengan aman. Jalur berikutnya yang melawan arah, dari Pramuka ke Rawamangun, cukup sepi, cuma ada satu motor yang jaraknya masih jauh. Lalu gue menyebranglah.
Begitu udah hampir sampai ke trotoar. BRAK !
Gue jatuh. Motor matic yang gue lihat tadi juga jatuh setelah nabrak gue. (Ini gue nulisnya merinding sendiri) Berhasil lah gue jadi tontonan pagi itu. Gue denger sepupu gue teriak. Gue sadar sepenuhnya, langsung loncat berdiri, menepi ke trotoar. Menyelamatkan barang-barang gue yang Alhamdulillah gak berhamburan.
Barusan gue ketabrak.
Jantung gue berdegup normal (tapi saat gue nulis ini, nggak normal). Badan gue gak gemetar sama sekali. Saat itu yang ada di pikiran gue cuma, gue pulang atau lanjut ke kantor ya?
Melihat kondisi pakaian gue yang kotor karena pasir yang basah (di sepanjang trotoar sedang ada perbaikan trotoar yang berkali-kali bongkar pasang, sampai pejalan kaki terpaksa berjalan di jalan raya), gue memutuskan untuk nyebrang lagi dan pulang.
"Willa gak papa?" tanya mbak Leli. Gue cuma bisa angkat bahu. Gue bingung.
"Ada yang berdarah gak, mbak?" tanya tukang ojeg yang biasa mangkal di gapura Jalan Mangga. Gue cuma bisa angkat tangan kiri gue yang terluka ringan.
"Willa, ganti dulu baju kamu." Om Rudi, tetangga depan rumah menghampiri gue. Gue cuma bisa mengangguk.
"Mbak itu yang bawa motor dicegat dulu aja." Kata orang lainnya yang gue gak kenal. Gue jawab lemah, "Udah biarin aja. Aku gak papa."
Gue melanjutkan perjalanan ke rumah yang jaraknya sangat dekat, untungnya, dan diiringi dengan tatapan penasaran orang-orang se-Jalan Mangga.
Depan pintu rumah ..
"Assalamu'alaikum.." Gue ketuk pintu rumah pelan. Bapak langsung buka pintu tanpa menjawab salam gue, atau sepertinya gue gak dengar. Begitu pintunya terbuka ..
"Willa ketabrak." Gue menghambur ke dalam rumah, langsung disambut ibu yang gak tau apa-apa. Gue mengulang lagi berita gue. Ibu gak panik. Pertama, karena dia suster. Kedua, karena gak terlihat luka serius di tubuh gue. Kecuali banyaknya pasir basah yang mengotori sebagian besar pakaian dan kulit gue.
Gue melucuti pakaian kotor gue dan segera berganti dengan pakaian santai. Gue gak mungkin keukeuh berangkat ke kantor dalam keadaan trauma di kaki yang belum dilakukan penanganan medis. Bukan lebay, ini semata-mata demi kenyamanan gue bekerja juga nantinya. Dan gak mau sok jagoan juga.
Gue mencari handphone gue dan langsung kasih kabar ke bos kalau gue gak masuk hari itu.
"Are you ok? Cepat sumbu" Begitu kalimat balasan dalam pesan singkatnya. Geli, Jepang gak bisa melafalkan 'sembuh', jadilah 'sumbu' ditulisnya.
Baik hati bos gue ini. Ada sedikit rasa bersalah karena gue harus menunda pekerjaan dan meeting hari itu.
Ibu gue segera mengatasi luka gue. Karena sakit dan traumanya baru terasa, menangislah gue. Sakit ya, ketabrak itu.
Di sela-sela istirahat gue setelah minum obat pereda nyeri, I was like:
"Oh, begitu ya rasanya kecelakaan tabrakan."
Kemudian gak lama, gue pun tertidur tanpa mimpi.
***
Karena tertabrak di bagian kiri badan dan jatuh pun bertumpu pada badan kiri, jadinya luka memar dan lecet ada di lengan dan tungkai kiri. Lutut kanan sisi dalam gue pun kena juga dan paling parah lebamnya.
Tetangga-tetangga gue yang khawatir mengira trauma gue parah, mungkin sampai fraktur (patah). Alhamdulillah, nggak.. Jujur aja gue kepikiran sama yang nabrak gue. Karena mungkin aja gue saat itu nyebrang kurang hati-hati, salah perkiraan waktu kecepatan gue nyebrang vs kecepatan pengendara motor. Maaf ya pak. --'
Ini pengalaman kecelakaan gue yang pertama dalam sejarah hidup dan mudah-mudahan jadi yang terakhir. Gue bersyukur gue masih diberi nyawa hingga saat ini gue bisa menceritakan kisah gue.
Apa di antara kalian punya pengalaman yang sama? Berbagilah di kolom komentar (kalo mau :P)
Terima kasih udah baca kisah gue ini.. Mata ne! (*^□^)八(^□^*)
gw tabrakan pas lagi naik motor..
ReplyDeleteada motor dari arah berlawanan ambil jalur gw, jadinya tabrakan..
untungnya gada yang patah2 badan gw, cuman memar aja di tangan dan dada..
tapi motor gw (yang udah hilang dicuri orang pas di bandung)yang patah2 dan bengkok2..
begonya gw, ga minta rugi ke orang yang nabrak..
yang gw pikirin cuman gimana caranya nih motor bisa balik lagi ke kondisi semula..
gw sama sekali ga mikirin badan gw ada yang patah atau ganti rugi atau lainnya, hahahahahaha
pas motor udah dibengkel buat dibenerin baru kepikiran badan ge dan ganti rugi, hahahahaha
Jahat enggak sih willa kalo gua malah ketawa? :p
ReplyDeleteFine, mungkin sekilas terdengar jahat, tapi pikirin deh...
1. Lo enggak apa
2. Yang nabrak juga enggak apa
Jadi... Enggak apa juga dong kalo kejadian yang enggak setiap hari ini diketawain! :))
Dear Mendo,
ReplyDeleteEmang hobi lo itu jatoh kan, ndo? Berapa kali gue denger berita lo jatoh coba?
Gak heran.. :|
Dear Ajie,
It's okay, Jie.
Gak cuma lo aja kok yang ketawa dan terang-terangan bilang kayak gitu ke gue.
Gue sendiri aja yang ngalamin kalo ingetnya kadang jadi ketawa sendiri. Emang karena gue nya atau ceritanya yang lucu sih?
Itu udah gue bikin se-dramatisir mungkin loh! Gue emang gak bakat drama yah..