Mencari Hiro - Sabar untuk Fokus

Alhamdulillah postingan pertamaku soal Filial Play Therapy ini dapat sambutan baik. Buat yang mau baca pertama kali atau baca ulang bisa di sini ya.

Seperti yang sudah aku tulis sebelumnya, di keluarga kecil kami, kami sudah membiasakan untuk menetapkan aturan dan menegakkan batasan yang disepakati bersama. Oleh karena itu, Skill 1 di Filial Play bukan hal yang sulit untuk kami jalani. Di pertemuan dengan skill ke 2 ini yaitu Focus, aku diajarkan untuk fokus ke anak, seolah-olah kita masuk ke dunianya gitu. 

Kedengeran gampang banget kan? Buat aku, skill ini perlu diasah berulang kali. Aku masih perlu diingatkan untuk perhatikan wajah anak, lihat ekspresinya, bukan lihat dia main atau lihat ke arah mainan yang dipegangnya. Pasti pernah kan, kita beliin anak mainan lalu kita repot-repot ajarin cara mainnya, atau malah kita seru sendiri sama mainan baru itu? Aku mengingat kembali bahwa Filial Play itu, anak lah yang pegang peran pemimpin saat bermain. 

Jadi, untuk aku, modal utama skill 2 ini adalah sabar.

Sabar untuk gak banyak komentar.
Sabar untuk gak banyak koreksi.
Sabar untuk gak kontrol anak.
Sabar untuk gak ngelebihin energi anak.
Sabar untuk FOKUS ke anak.

Skill 2: Focus

Agenda Special Time dimulai lagi. Mainan sudah siap di area bermain, Hiro masih belum tau mau main apa. Ini sangat normal. Kadang, Hiro memilih untuk duduk di pangkuan aku sekitar 10 menit. Aku akan cuma menatap wajah dia, tanpa komentar, tanpa tanya apapun. Aku beri kesempatan Hiro untuk ambil langkah duluan. Suatu waktu juga kami akan cuma nari-nari silly di area main. Aku ikutin semua gerakan dia, menyesuaikan energi dia. Lima menit bisa habis untuk ketawa-tawa aja, lalu kelelahan karena menari heboh.

Itu pertama kalinya buat aku tiruin gerakan dia dan lihat dia ketawa puas karena aku ikutin. Somehow, aku jadi ikutan seneng, loh. Ternyata semudah itu bikin diri sendiri dan anak kita ketawa. Kenapa gak dari dulu aja aku ikutin silly-nya dia?

Skill ini masih menjadi tantangan buat aku, lho, sampai saat ini. 

Ada kalanya anak jadi sibuk sendiri pas special time ini. Kitanya jadi mati gaya, bingung mau ngapain. Karena baru pertama jalanin ini, aku banyak lupanya juga dari yang diajarin sama coach. Hehe.

Sekarang aku sudah tahu harus apa ketika Hiro sibuk bikin sesuatu dari lego, blocks, atau ketika dia lagi sibuk menulis, mewarnai, gambar atau apapun. Aku bisa ikutin ambil lego warna yang sama atau menggambar dengan coretan garis yang sama. Yang perlu diingat, kita baru boleh ambil mainan dia jika 'diundang' untuk melakukan hal yang sama dan kreasi kita gak boleh lebih bagus dari yang dia buat.

Nah ini, jiwa nyeni-ku perlu ditahan untuk sementara waktu.

Aku akan ceritakan pengalaman filial-ku yang baru-baru ini aku lakukan lagi. Hiro lagi asik main blocks yang sudah sekian lama gak dia mainin. Dia udah mulai sibuk build sesuatu lalu aku coba bikin pedang-pedangan yang ketika selesai, aku pamerkan ke Hiro.

Reaksi Hiro saat itu adalah ambil pedang yang aku buat lalu dihancurkan. Saat itulah aku sadar kesalahan aku.

Karena udah terlanjur dihancurkan, aku ikutin permainan dia. "Wah seorang super Hiro menghancurkan pedang musuh!" Lalu dia, "Hiro gak jadi bikin ini deh." Kreasi yang sudah dia buat dia bongkar lagi. Dengan cepat dia menyusun blocks dan jadilah senapan. Aku ikut permainan dengan senapan itu, memuji kreasinya dan proses pembuatannya, "Hiro bisa kepikiran bikin senapan keren itu dengan cepat, wah! Hiro terlihat langsung tau ya mau dibuat apa! Mama foto ya, buat kasih lihat papa!"

Super Hiro beraksi

Raut wajahnya riang sekali sampai mau berpose beberapa kali.

Tidak berhenti di situ, dia coba modif lagi senapannya. Dengan antusias Hiro nunjukin fitur baru senapannya.

Kami menyelesaikan permainan dengan sangat smooth no drama, bed time routines juga berjalan lancar. Hiro langsung tidur setelah baca doa dan 10 detik pelukan.

Aku bersyukur dan bangga pada diriku sendiri yang berhasil perbaiki situasi karena ingat metode bermain dari Filial Play Therapy ini. 

Lanjut ke skill berikutnya, ya.

Reflecting Skill: Reflect What You See?

Kalo udah bisa terapin aturan dan tegakin batasan; bisa fokus ke anak, sekarang waktunya nambah keahlian dengan merefleksikan apa yang kita lihat. Ini agak tricky, karena ada aja anak yang risih ketika orangtuanya nyebutin apa yang sedang dia lakukan saat bermain; macam komentator bola gitu lah. Oleh karena itu, baik untuk memberi jeda saat merefleksikan gerakannya. Contoh, dia lagi nyusun magnetic tiles, aku akan mengucapkan bentuk tiles yang dia ambil dan warnanya. 

"Hiro mengambil segitiga merah, terus dipasang ke segiempat biru".
*lihat wajah Hiro*
"Persegi panjang hijau disusun berjejer."
*lihat wajah Hiro*
"Si Hitam masuk ke dalam kotak kuning." ketika yang kulihat adalah penguin warna hitam dimasukkan ke dalam bangunan yang dia buat.

Saat susun tiles itu, kita kan gak pernah tau apakah dia betul akan bangun gedung atau rumah, bisa jadi dia bangun penjara atau peternakan. Fungsi dari hanya menyebutkan warna, bentuk, ukuran adalah agar fokus anak ketika bermain tidak terpecah. Ketika itu, anak juga akan merasa bahwa orangtuanya masuk ke dalam dunianya.

Ini skill baru yang super tricky tapi sangat besar efeknya. Hiro sesekali menjelaskan ke aku apa yang dia lakukan ketika aku merefleksi apa yang dilakukannya, dan itu sangat menyenangkan! Aku merasakan betul kalau koneksi antara aku dan anakku terbangun juga saat itu.

Setelah baca ini, apakah langsung ingin coba filial sama anak?
Masih ada dua Reflecting Skill lainnya yang akan aku ceritakan berdasarkan pengalamanku selama terapi di postingan berikutnya ya! Aku juga mau dengar pengalaman yeorobund semua selama bermain dengan anak atau selama terapi bermain. Silakan tulis di kolom komentar.. Terima kasih sudah membaca :)

Comments

Popular Posts