But, Mental Health First - Intro
Sejak jadi orang tua, aku sadar bahwa kesehatan fisik dan mental sama pentingnya.
Aku sampai di titik akhirnya bisa nulis di sini adalah karena aku akhirnya memulai perjalananku menata kesehatan mental. Ketika tulisan ini akhirnya aku post ke publik, artinya kondisiku sudah jauh lebih membaik.
Bismillah..
Ini berawal ketika aku sadar Hiro punya "kebiasaan berulang" yang muncul dari kecemasan.
Aku bawa dia ke dokter anak sampai akhirnya kami dapat rujukan ke psikiater.
Itu adalah pertama kalinya bagi kami bersentuhan dengan praktik dunia kesehatan mental.
Long story short, gejala OCD yang didiagnosa terhadap Hiro akhirnya berkurang dan berangsur hilang dengan metode intervensi. Hiro mewarisi 'gen pencemas' dari aku.
Gak bisa aku pungkiri, tapi ini gak akan aku ceritakan lebih detail karena poin dari cerita ini ada di kejadian kira-kira setahun setelahnnya.
Sebenarnya suami sudah beberapa kali mengusulkan dan mendukung aku kalau aku dirasa butuh bantuan profesional. Aku yang pencemas sering banget mikirin segalanya dan serba gak enakan. Kadang aku pendam sendiri, kadang aku luapkan ke suami. Sampai ketika suami gak ada di dekatku lagi dan gejala yang aku alami makin menjadi, aku putuskan untuk datang konsultasi.
Aku sudah menderita neurodermatitis yang parah sejak 2 tahun ini, on-off. Sekarang makin parah karena banyak yang dipikirin. Perjalanan konseling pertamaku dimulai dari psikolog tingkat kecamatan, yang.. well, gak terlalu memuaskan. Aku datang konsultasi dengan jalur umum, bukan BPJS. Psikolog yang menanganiku, sebut saja mas A, mengapresiasi keputusanku untuk datang ke dia dan bercerita.
Sayangnya, aku datang di saat kondisi yang sudah berdarah-darah. Menurut dia, kalau dalam dunia medis fisik, aku udah di tahap butuh 'operasi bedah'.
Apa yang bikin aku sadar aku udah hampir sekarat? Karena aku udah hampir kehilangan diri aku sendiri. Sadar banget sejak punya anak, prioritasku berubah, udah bukan diri aku sendiri, melainkan anak. Sedangkan menurut mas A, kalau aku merasa butuh kelola stress aku, aku harus luangkan waktu untuk me-time dan release segala stress itu.
Saat ditanya hobiku apa, aku ga bisa jawab. Maksudnya, hobi yang bisa bikin aku ga terlalu stress gitu loh. Aku kebingungan jawabnya. Lalu aku mendapati jiwaku terguncang, air mata ngalir deras gitu aja.
Tapi, iya, ya. Aku ga punya waktu, ga punya kesempatan untuk jadi aku.
Kamu yang ibu-ibu seperti aku, punya hobi? Apakah stress mu bisa kamu regulasi? Kalau iya, selamat, kamu hebat. Kalau tidak, selamat, kamu bisa mulai cari bantuan seperti aku. Ga perlu malu.
Mas A bilang kesehatan mental itu sama pentingnya dengan fisik. Aku yang menunda datang konseling ketika kesehatan mentalku gak terlalu parah pasti karena stigma. Padahal datang konseling ketika kondisinya belum memburuk itu lebih baik.
Harusnya aku gak tunda-tunda.
Belum terlalu puas dengan konseling di psikolog kecamatan yang berakhir aku jadi muram karena banyak yang perlu aku pertimbangkan; ke psikolog untuk bantuan psikoterapi atau ke psikiater dengan bantuan obat-obatan. Akhirnya aku cari-cari konseling online.
Dapatlah layanan konseling online yang aku temukan di instagram.
Aku didengarkan dengan baik, masalah yang aku alami dikulik secara mendalam. Aku merasa jauh lebih baik setelah konseling.
Aku menunggu hasil konselingnya dalam waktu 2 hari.. Akan aku update lagi nanti.
Psikolog mbak Z ini bilang golongan stress aku termasuk yang ringan, itu dari hasil assessment 15 pertanyaan yang diajukan sebelum konseling.
Yang bikin aku bingung, kenapa stress yang ringan ini sangat berdampak ke kulit aku?
Benarkah stress ku ringan? Benarkah aku butuh psikoterapi?
Sayangnya, aku lupa bilang kalo aku pernah ke psikolog sebelumnya tapi belum ketemu titik masalahnya apa.
Sepertinya aku butuh konseling lanjutan untuk memastikan...
Masih mau simak ceritaku? Tunggu postingan selanjutnya ya.
Terima kasih sudah meluangkan baca :)
Aku harap kamu juga bisa ceritakan masalahmu, aku yakin itu bisa jauh bikin lega.
Aku sampai di titik akhirnya bisa nulis di sini adalah karena aku akhirnya memulai perjalananku menata kesehatan mental. Ketika tulisan ini akhirnya aku post ke publik, artinya kondisiku sudah jauh lebih membaik.
Bismillah..
Ini berawal ketika aku sadar Hiro punya "kebiasaan berulang" yang muncul dari kecemasan.
Aku bawa dia ke dokter anak sampai akhirnya kami dapat rujukan ke psikiater.
Itu adalah pertama kalinya bagi kami bersentuhan dengan praktik dunia kesehatan mental.
Long story short, gejala OCD yang didiagnosa terhadap Hiro akhirnya berkurang dan berangsur hilang dengan metode intervensi. Hiro mewarisi 'gen pencemas' dari aku.
Gak bisa aku pungkiri, tapi ini gak akan aku ceritakan lebih detail karena poin dari cerita ini ada di kejadian kira-kira setahun setelahnnya.
Sebenarnya suami sudah beberapa kali mengusulkan dan mendukung aku kalau aku dirasa butuh bantuan profesional. Aku yang pencemas sering banget mikirin segalanya dan serba gak enakan. Kadang aku pendam sendiri, kadang aku luapkan ke suami. Sampai ketika suami gak ada di dekatku lagi dan gejala yang aku alami makin menjadi, aku putuskan untuk datang konsultasi.
Aku sudah menderita neurodermatitis yang parah sejak 2 tahun ini, on-off. Sekarang makin parah karena banyak yang dipikirin. Perjalanan konseling pertamaku dimulai dari psikolog tingkat kecamatan, yang.. well, gak terlalu memuaskan. Aku datang konsultasi dengan jalur umum, bukan BPJS. Psikolog yang menanganiku, sebut saja mas A, mengapresiasi keputusanku untuk datang ke dia dan bercerita.
Sayangnya, aku datang di saat kondisi yang sudah berdarah-darah. Menurut dia, kalau dalam dunia medis fisik, aku udah di tahap butuh 'operasi bedah'.
Apa yang bikin aku sadar aku udah hampir sekarat? Karena aku udah hampir kehilangan diri aku sendiri. Sadar banget sejak punya anak, prioritasku berubah, udah bukan diri aku sendiri, melainkan anak. Sedangkan menurut mas A, kalau aku merasa butuh kelola stress aku, aku harus luangkan waktu untuk me-time dan release segala stress itu.
Saat ditanya hobiku apa, aku ga bisa jawab. Maksudnya, hobi yang bisa bikin aku ga terlalu stress gitu loh. Aku kebingungan jawabnya. Lalu aku mendapati jiwaku terguncang, air mata ngalir deras gitu aja.
Kenapa nangis? Kenapa itu jadi hal yang menyedihkan buat kamu?Makin down ditanya begitu. Ni gue udah bener belom sih konsul ke dia?
Tapi, iya, ya. Aku ga punya waktu, ga punya kesempatan untuk jadi aku.
Kamu yang ibu-ibu seperti aku, punya hobi? Apakah stress mu bisa kamu regulasi? Kalau iya, selamat, kamu hebat. Kalau tidak, selamat, kamu bisa mulai cari bantuan seperti aku. Ga perlu malu.
Mas A bilang kesehatan mental itu sama pentingnya dengan fisik. Aku yang menunda datang konseling ketika kesehatan mentalku gak terlalu parah pasti karena stigma. Padahal datang konseling ketika kondisinya belum memburuk itu lebih baik.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, berlaku juga ke kesehatan mental.
Harusnya aku gak tunda-tunda.
Belum terlalu puas dengan konseling di psikolog kecamatan yang berakhir aku jadi muram karena banyak yang perlu aku pertimbangkan; ke psikolog untuk bantuan psikoterapi atau ke psikiater dengan bantuan obat-obatan. Akhirnya aku cari-cari konseling online.
Dapatlah layanan konseling online yang aku temukan di instagram.
Aku didengarkan dengan baik, masalah yang aku alami dikulik secara mendalam. Aku merasa jauh lebih baik setelah konseling.
Aku menunggu hasil konselingnya dalam waktu 2 hari.. Akan aku update lagi nanti.
Psikolog mbak Z ini bilang golongan stress aku termasuk yang ringan, itu dari hasil assessment 15 pertanyaan yang diajukan sebelum konseling.
Yang bikin aku bingung, kenapa stress yang ringan ini sangat berdampak ke kulit aku?
Benarkah stress ku ringan? Benarkah aku butuh psikoterapi?
Sayangnya, aku lupa bilang kalo aku pernah ke psikolog sebelumnya tapi belum ketemu titik masalahnya apa.
Sepertinya aku butuh konseling lanjutan untuk memastikan...
Masih mau simak ceritaku? Tunggu postingan selanjutnya ya.
Terima kasih sudah meluangkan baca :)
Aku harap kamu juga bisa ceritakan masalahmu, aku yakin itu bisa jauh bikin lega.
Comments
Post a Comment
Please leave your comment below. Thank you :*