Saya dan Jepang - Part 5 : Maid Cafe
"Nanti kalo jadi pindah ke Osaka mau part-time jadi maid, ah!"
Begitu semangat saya tersulut setelah pulang bulan madu pada Lebaran yang lalu dengan suami. Ada suatu daerah di Osaka yang dikenal dengan nama Den-den Town atau Nipponbashi, yang terkenal dengan area pusat hobi, game, otaku, dan yang pasti, Maid Cafe.
Mengingat dulu saya pernah menjajal jajan di maid cafe di sini waktu biztrip 2 tahun yang lalu, saya jadi tergoda untuk menjajal juga jadi maid nya. Pakai maid dress yang kawaii, melayani dan menghibur tamu yang datang. Kayaknya kalau kerja part time kayak gitu perasaan jadi senang.
Sempat terjadi perdebatan dengan teman saya waktu saya bilang mau jadi maid, dia "menakut-nakuti" saya dengan alasan keamanan. You know, yang dateng ke maid cafe kebanyakan otaku, dan otaku dikenal freak. Well, dia gak tau banyak tentang dunia hobi jejepangan tampaknya. Gak semua tamu maid cafe itu otaku dan gak semua otaku itu freak. Asal pinter jaga diri, jaga sikap, dan jaga bicara insha Allah aman aja. Jadi, perdebatan itu pun gak berlangsung lama begitu dia tau betapa menyenangkannya kerja jadi maid slash idol, yang akan saya bahas lebih lanjut lagi nanti.
Begitu pindah ke sini, saya gak (bisa) langsung cari kerja. Pertama, saya belum mengenal baik lingkungan tempat tinggal saya. Kedua, saya belum punya nomor hape Jepang. Ya, saya sudah hampir setahun tinggal di sini kala itu tapi belum punya nomor hape. Let's blame this to the previous company, I mean, previous school.
Jadi, saya masih bergantung pada teman alias senior saya di sekolah untuk merekomendasikan saya bekerja di tempat dia.
Setelah akhirnya saya punya nomor Jepang, saya memulai mencari kerja part-time tambahan. Saya coba telepon beberapa kafe dan warung makan konvensional, namun gagal saat interview secara gak langsung via telepon.
"Belajar lagi ya, bahasa Jepangnya."
Atau penolakan yang lebih halus seperti...
"Jadi kamu bisanya kerja dari jam 6 sore sampai 11 malam?"Begitu.
"Iya, pak."
"Oh begitu, tapi kita butuhnya yang bisa kerja dari jam 5 sore."
*kode penolakan 1*"Saya bisa kok dari jam 5."
*belum paham kode, malah semangat jam kerja lebih panjang*
"Hoo..bisa dari jam 5. Ok. Tapi gini, di kafe kan harus bisa bahasa sopan (keigo) untuk bicara ke tamu. Sedangkan pegawai lain gak akan ada waktu untuk ngajarinnya.. Jadi.."
*kode penolakan 2*"Eh, gitu ya pak. Hmm.."
"Iya, mohon maaf ya."
*kode penolakan 3*"Jadi saya gak perlu dateng interview Sabtu nanti ya, pak?"
"Iya, kami mohon maaf."
*penolakan resmi*
Saya akui betul bahasa Jepang saya masih belum lancar, tapi percaya diri saya gak berkurang sedikitpun. Saya semakin semangat mencari kerja. Sampai akhirnya pada suatu hari kencan saya dengan suami saya melihat maid cafe ini.
Mel Cafe namanya.
Saya penasaran udah cukup lama sama maid cafe yang satu ini. Karena kalo lihat di peta panduan belanja di Den-Den town, maid cafe ini menyebut diri mereka sebagai The Orthodox Maid Cafe. Kenapa ortodoks?
Silakan cari tau sendiri saat berkunjung ke sana ya!
Dari spanduk yang dipasang di depan cafe mereka menunjukkan bahwa mereka sangat terbuka untuk turis asing. Dengan tersedianya menu yang ditulis dalam bahasa Inggris dan FREE table charge, gak seperti kebanyakan maid cafe yang memungut bayaran 500yen per orang untuk mencoba sensasi main ke maid cafe. Ada hal lain yang menarik perhatian saya kala itu. Tentu saja, pengumuman lowongan kerja. Suami saya yang menyadari itu, karena tertulis dalam bahasa Jepang.
Mereka sedang mencari staff untuk event dan lain-lain. Sayangnya di situ gak tertera contact person untuk tanya soal lowongan kerja ini. Karena penasaran, jadilah saya memberanikan diri masuk ke cafe yang langsung disambut ceria oleh maid nya, "Okaerinasaimase!"
Dengan bahasa Jepang saya yang terbata-bata, saya nanya soal lowongan kerja itu yang tanpa disangka, saya langsung bisa diwawancara saat itu juga !
Saya ingat betul saat itu tampilan saya lagi gak banget, sama sekali gak mencitrakan bahwa saya mau kerja jadi maid yang harus tampil kawaii dan menarik. Tapi karena saat itu saya pikir yaudah dicoba dulu aja, jadi staf dapur atau tukang cuci piring juga gapapa, jadi saya tetap pede menjawab semua pertanyaan saat interview.
Pertanyaannya sebagian besar semacam "kamu suka cosplay? kalau foto kamu tersebar keberatan? kalau masuk media gimana?". Pertanyaan yang seakan kalau diterima, ya saya akan kerja sebagai maid, bukan tukang cuci piring.
Dalam waktu kurang dari seminggu, jawaban dari maid cafe datang. Maka pada 27 Oktober 2016 saya resmi menjadi bagian dari Mel Cafe dan pada 1 November 2016, masa training saya dimulai.
Peran saya sebagai maid pun dimulai. Selayaknya idol, status hubungan percintaan saya harus dirahasiakan dari customer. Yang boleh diketahui oleh mereka adalah saya seorang pelajar asing yang bekerja sambilan sebagai maid di Mel Cafe. Oleh karena itu saya membuat polling di twitter pribadi saya untuk menentukan nickname saya. Terpilihlah nama Chii yang segera saya buat juga akun twitter khususnya @chiinyanyan_222
Mel Cafe namanya.
Saya penasaran udah cukup lama sama maid cafe yang satu ini. Karena kalo lihat di peta panduan belanja di Den-Den town, maid cafe ini menyebut diri mereka sebagai The Orthodox Maid Cafe. Kenapa ortodoks?
Silakan cari tau sendiri saat berkunjung ke sana ya!
Dari spanduk yang dipasang di depan cafe mereka menunjukkan bahwa mereka sangat terbuka untuk turis asing. Dengan tersedianya menu yang ditulis dalam bahasa Inggris dan FREE table charge, gak seperti kebanyakan maid cafe yang memungut bayaran 500yen per orang untuk mencoba sensasi main ke maid cafe. Ada hal lain yang menarik perhatian saya kala itu. Tentu saja, pengumuman lowongan kerja. Suami saya yang menyadari itu, karena tertulis dalam bahasa Jepang.
Mereka sedang mencari staff untuk event dan lain-lain. Sayangnya di situ gak tertera contact person untuk tanya soal lowongan kerja ini. Karena penasaran, jadilah saya memberanikan diri masuk ke cafe yang langsung disambut ceria oleh maid nya, "Okaerinasaimase!"
Dengan bahasa Jepang saya yang terbata-bata, saya nanya soal lowongan kerja itu yang tanpa disangka, saya langsung bisa diwawancara saat itu juga !
Saya ingat betul saat itu tampilan saya lagi gak banget, sama sekali gak mencitrakan bahwa saya mau kerja jadi maid yang harus tampil kawaii dan menarik. Tapi karena saat itu saya pikir yaudah dicoba dulu aja, jadi staf dapur atau tukang cuci piring juga gapapa, jadi saya tetap pede menjawab semua pertanyaan saat interview.
Pertanyaannya sebagian besar semacam "kamu suka cosplay? kalau foto kamu tersebar keberatan? kalau masuk media gimana?". Pertanyaan yang seakan kalau diterima, ya saya akan kerja sebagai maid, bukan tukang cuci piring.
Dalam waktu kurang dari seminggu, jawaban dari maid cafe datang. Maka pada 27 Oktober 2016 saya resmi menjadi bagian dari Mel Cafe dan pada 1 November 2016, masa training saya dimulai.
![]() |
Doakan saya begitu selesai training, pita oren ini jadi milik saya ya! |
![]() |
Fairy Tale Event as Alichii !! |
Sekarang kalau kencan sama suami, harus pake masker, atau pake hijab. Mengingat apartemen kami dan tempat kerja saya ini lokasinya sungguh dekat, hanya sekitar 6 menit berjalan kaki. Jadi chance untuk gak sengaja ketemu sama pelanggan saya itu cukup besar. Saya jadi geli sendiri, ternyata begini ya rasanya jadi maid sekaligus idola. Meskipun saya tidak setenar itu, tapi begitu di cafe ada yang minta foto sama saya, rasanya jadi bangga juga.
Namun sayang, selama training belum bisa dimintain foto :'( Setidaknya sampai saat ini udah ada 3 pelanggan yang nunggu masa training saya selesai untuk diperbolehkan foto bareng. Tunggu tanggal mainnya !
Kerja yang Menyenangkan (❁´▽`❁)*✲゚*
![]() |
Oujan Cafe Event, special costume |
Sejak saya menjadi maid, banyak hal baik yang saya peroleh. Hal ini yang membuat teman saya yang tadinya skeptis dengan jenis pekerjaan ini akhirnya jadi kepengen nyoba kerja di maid cafe juga. Kerja di sini secara gak langsung jadi sarana belajar bahasa Jepang juga lho. Kemampuan berbicara saya menjadi meningkat, perbendaharaan kata saya pun bertambah. Enak kan jadinya, belajar dan praktik bahasa Jepang, dibayar pula !
Gimana respon orang-orang begitu tau saya jadi maid? Respon mereka lucu-lucu. Ada yang bilang kalau saya jadi maid, otomatis dia jadi maid-wota, hayooo siapa tuh *lirik Luna*. Ada yang seneng jadi punya temen maid. Hahaha.
Ada yang gak percaya dan heran, "emangnya boleh ya (sama sekolah)?" atau "berarti bahasa Jepang lo udah jago dong?"
Hmm.. masalah boleh sama sekolah atau nggak itu gak ada larangan sih, selama gak melanggar hukum dan aturan Jepang, boleh-boleh aja. Saya juga posting beberapa foto saya pakai baju maid di fesbuk kok, sensei saya bilang cocok. *bangga* *lempar poni*
Soal jago bahasa Jepang? Hmm.. kadang saya juga ga paham customer saya ngomong apa. He he he.
*sibuk nyari arti di kamus*
Ada yang gak percaya dan heran, "emangnya boleh ya (sama sekolah)?" atau "berarti bahasa Jepang lo udah jago dong?"
Hmm.. masalah boleh sama sekolah atau nggak itu gak ada larangan sih, selama gak melanggar hukum dan aturan Jepang, boleh-boleh aja. Saya juga posting beberapa foto saya pakai baju maid di fesbuk kok, sensei saya bilang cocok. *bangga* *lempar poni*
Soal jago bahasa Jepang? Hmm.. kadang saya juga ga paham customer saya ngomong apa. He he he.
*sibuk nyari arti di kamus*
"Ada orang Indonesia lainnya gak (yang jadi maid)?" Well, kebetulan di Mel Cafe cuma saya yang orang asing. Dan saya pula lah orang asing pertama di maid cafe ini yang jadi maid. *makin bangga* *benerin apron*
![]() |
Saya jadi kayak turis numpang foto sama cosplayer. ೭੧(❛▿❛✿)੭೨ |
![]() |
See? Chii is the only gaijin here. |
![]() |
Fairytale Event: Rima chan as Snow White |
![]() |
Dipeluk Nanami senpai. Akkk !! ヽ(*>∇<)ノ |
Jadi kerjaannya kayak apa sih?
Kerjanya ya standar ala pelayan restoran, ambil pesanan, ngantar pesanan, beresin meja, jadi kasir juga. Bedanya di sini ada servis ala maid, saya harus ajak ngobrol tamu secara bergantian. Ada hari di mana cafe lagi rame banget sampe gak bisa ngobrol banyak sama tamu. Ada hari di mana cafe sepi banget, biasanya karena hujan, jadi bingung mau ngobrol apa lagi sama tamu selain ngomong "Jepang dingin banget, di Indonesia gak pernah ngerasain sedingin ini."
Oh iya, saya sering banget dikira orang Jepang atau half, istilah orang Jepang untuk nyebut blasteran. Begitu tau kalau saya sama 100% bukan orang Jepang, mereka kaget. Mereka bilang bahasa Jepang dan cara bicara saya kayak orang Jepang, jadi mereka terkecoh. Asek.
Saya semakin senang kalau ada tamu asing alias bule. Di saat itulah saya beraksi dengan bahasa Inggris saya. Mengingat senior maid saya gak ada yang bisa bahasa Inggris jadilah saya yang diandalkan di saat-saat seperti itu. Hehehe.
Wah, udah panjang banget aja postingan kali ini. …..φ(-ω-。`)
Masih pengen cerita banyakkkk tapi lebih enak kalo ngobrol langsung kan ya? Ya?
Kalo gitu yuk ngobrol di twitter @chiinyanyan_222 pake bahasa Jepang, Inggris, Indonesia juga boleh. Atau, kalo lagi main ke Jepang, ke Osaka ya! Saya sebagai Chii tunggu kamu di Mel Cafe!!
Yoroshiku!!
Bonus foto sok imut:
Masih pengen cerita banyakkkk tapi lebih enak kalo ngobrol langsung kan ya? Ya?
Kalo gitu yuk ngobrol di twitter @chiinyanyan_222 pake bahasa Jepang, Inggris, Indonesia juga boleh. Atau, kalo lagi main ke Jepang, ke Osaka ya! Saya sebagai Chii tunggu kamu di Mel Cafe!!
Yoroshiku!!
Bonus foto sok imut:
![]() |
itsumademo nijuunisai ! |
Endut~
ReplyDelete