Saya dan Jepang - Part 4 : Pindah

Hallo !
Sudah di penghujung tahun dan saya belum menelurkan cerita lagi di sini sejak postingan bagaimana saya bisa berada di Jepang sekarang.

Sejak banyak kesibukan lain ( main twitter, update instagram, kelonan sama suami ), jadi lupa deh mau update postingan. Sebenernya banyaaaaaaaaaaaakkk banget yang mau diceritain, tapi karena berbagai hal, mau saya tunda dulu atau skip aja ceritanya, publishnya kapan tergantung situasi dan kondisi.

By the way sekedar info, sekarang saya menulis dalam kondisi kedinginan di musim gugur kedua saya di Jepang, 12°C.
Seingat saya di postingan terakhir saya itu saya nulis di musim dingin dengan suhu yang sama. Tampaknya musim dingin datang terlalu cepat kali ini. Atau memang karena Osaka letaknya lebih utara dari desa kami dahulu, Miyakonojo, jadi terasa lebih dingin?

Entahlah.

Sengaja gak nyalain penghangat di apartemen demi penghematan, alias pelit. Jadi selimutan aja cukup lah.
Singkat cerita, kami berhasil melewati masa-masa perjuangan di kota kecil Miyakonojo, Prefektur Miyazaki. Untuk selanjutnya akan saya sebut desa ya. Lalu kami memutuskan melanjutkan studi kami di kota besar kedua di Jepang, Osaka. 
Seperti mimpi yang jadi nyata, akhirnya saya 'pulang kampung' ke kota ini. Tinggal di apartemen mungil berdua dengan suami *akhirnya*, saya kembali merasakan betapa hangatnya kata 'pulang'. 

Pulang !
Apartemen kami, yang mungil.
Tiap kali berangkat sekolah, saya diberi kecupan lembut di dahi -bagian favorit saya- lalu saya kecup tangannya, salim. 
Kehidupan suami istri kami kembali berjalan sebagaimana mestinya di sini.

Pindah ke kota besar berarti peluang yang makin besar, begitupun dengan tantangannya. Kalau soal mencari penghasilan di sini memang jauh lebih mudah daripada di desa. Yaa sama lah kayak di Indonesia.

Cari Kerja
Sekolah kami kali ini murni hanya sekolah biasa tanpa terikat dengan perusahaan manapun yang mewajibkan pelajarnya menjadi pekerja romusha, bukan seperti sekolah kami yang sebelumnya. Jadi kami sekarang bebas memilih mau kerja part time di mana pun.

Lingkungan sekolah di sini pun lebih baik, alhamdulillah, para guru dan senpai di sini sangat membantu kita yang bagai anak ilang karena baru aja pindah bukan di bulan akademik baru. Normalnya tahun ajaran baru itu dimulai Oktober, tapi karena kami udah ngebet banget pengen pindah waktu itu jadilah kami masuk di September. Para guru menjelaskan dengan baik dan ramah soal iuran sekolah dan pastinya soal pelajaran. Sedangkan para senpai bantu kami mencarikan tempat kerja part time, jadi hampir gak ada kesulitan soal kerjaan.

Cari Makan
Dulu waktu di desa, kami sering dengar orang bilang kalau di kota itu biaya hidupnya lebih mahal. Pernyataan itu ada benarnya, tapi bukan berarti hidup di kota jadi lebih susah. Kenyataannya nggak juga. Waktu kami cek harga di beberapa toko swalayan, harga makanan banyak yang terjangkau kok. Gak semahal yang dibilang. Tapi, taulah, penghasilan di sini pun lebih besar dari penghasilan di desa. Jadi yaa sebenarnya impas sih.

Osaka, surga wisata kuliner.
Kami bisa makan enak lebih sering di sini. Alhamdulillah, makanan halal pun bisa dicari. Waktu di desa, ya ampun... sedih deh. Paling irit itu kalau makan ditraktir sama orang Indonesia yang berkeluarga di sana. Hahaha. Paling mewah buat saya waktu itu bisa makan karaage. Sekarang saya malah bisa makan karaage tiap hari.

Ya, saya suka karaage.
*nelen ludah*

Lunch TIme with Yvan, our guest from KL. 

Pokoknya kami bisa pindah ke sini itu, Alhamdulillah banget!

Karena perjuangan kami baru dimulai lagi, insha Allah saya akan lebih rajin posting. Nantikan postingan saya yang berikutnya ya !!
MakaChii ~

Comments

Popular Posts