A Whole New World With YOU - Part 2

Selamat siang dari Negeri Sakura.

Suhu saat ini 12°C, musim dingin akan segera berganti menjadi musim semi. Tak terasa, saya dan suami sudah merasakan dua musim di sini, musim gugur dan dingin.
Kota Miyakonojo, Prefektur Miyazaki, Pulau Kyushu, Jepang, adalah salah satu daerah di Jepang yang cukup hangat. Salju turun merata di kota ini cuma sekali aja, kalau di daerah dekat gunung mungkin lebih sering.
Ketombe se-badan-badan.
Kami berada di negeri asing dengan aksara macam cacing ini bukan untuk sekadar bulan madu. Masih ada yang mengira kami begitu betah bulan madu hingga gak mau pulang. Bukan itu, kami di sini akan tinggal selama dua tahun penuh untuk mempelajari aksara cacing itu.

Sebelumnya, saya berjanji untuk mengungkapkan kenapa saya menikah cepat di sini. Ya, alasan kami segera menikah pada Juni 2015 lalu adalah karena keinginan suami saya yang besar untuk belajar bahasa Jepang lebih dalam lagi di Negeri Sakura ini. Kebetulan sekali keinginan Arindra untuk menikahi saya saat itu juga sangat kuat. Jadilah kami dinikahkan dan saya ikut bersamanya.
Angkatan ke-5 HIJLA
( Houei International Japanese Language Academy) dari Indonesia.
Kelas Anak Ondel-Ondel
Di sini kami belajar bersama, hanya saja beda kelas. Bagaimana kami membiayai sekolah kami? Oh, ini bukan beasiswa toh?
Ya, ini bukan program beasiswa, melainkan program independen. Tidak dipungut biaya apapun untuk pendaftarannya. Karena ini independen, kami harus membayar keperluan keberangkatan kami ke Jepang sendiri, seperti paspor, tiket ke Fukuoka dan visa Jepang. Untuk membiayai sekolah dan tempat tinggal, kami kerja part-time di tempat kerja yang telah ditentukan.

Satu bulan pertama di sini gak semudah yang saya pikir ketika saya menyetujui rencananya untuk tinggal di luar negeri. Saya menangis dan kami pernah bertengkar.
Menghadapi kenyataan bahwa kami jarang sekali bertemu, bahkan gak tinggal satu atap selama dua tahun ke depan itu sungguh berat. Namun kelamaan saya terbiasa dan sadar betul bahwa inilah yang harus kami hadapi dan perjuangkan.

Ibu Asrama yang penuh talenta dan berdedikasi serta penyayang :)
Saya harus menunda kehamilan.
Terima kasih kepada teman-teman yang sangat pengertian karena tidak mendesak kami memberikan kalian keponakan. Kerjaan arubaito ( dalam bahasa Jepang berarti kerja paruh waktu, asal kata arbeit dari bahasa Jerman yang berarti "kerja" ) yang saya lakukan sangat membutuhkan kekuatan fisik. Tenang, saya bukan jadi buruh pabrik kok. Saya di sini menjadi perawat lansia, bahasa kerennya caregiver *pemberi perhatian*  *apasih* -- istilah Jepangnya, Kaigo.

Kerja !
Sangat tidak mungkin, sepertinya, bagi perempuan hamil untuk kerja berat seperti itu. Menjadi caregiver tidaklah mudah, tapi tidak juga sulit untuk dipelajari. Lumayan, bisa jadi bekal untuk merawat orang tua kami kelak nanti. Insya Allah, kerjaan kayak gini, jadinya pahala buat diri sendiri. Aamiin :)

Perjalanan hidup saya dan suami dimulai dari sini, benar-benar merupakan suatu pengalaman baru yang sama sekali asing bagi kami berdua. We are going through this whole new world, together.

***
Jika ada yang penasaran tentang program yang saya jalani ini, silakan tanya di kolom komentar di bawah ini atau kontak langsung melalui email willacitra@gmail.com ya !

Comments

Popular Posts