Hot and Cold
Hot
rasanya gak perlu lihat ramalan cuaca ya untuk mengetahui seperti apa cuaca hari ini.
sangat. sangat. sangat cerah. matahari tampak sepenuh hati menyinari bumi di Utan Kayu sini. si awan pun tak sampai hati mengurangi semangat matahari untuk terus memanggang aspal dan orang-orang yang berlalu lalang di atasnya. gue salah satunya, ditemani adik gue si dhika.
siang tadi, mengumpulkan segenap tekad, gue bersama adik gue menuju balai rakyat, yang bisa gue sebut sebagai distrik fotokopian. banyaaaak banget tukang fotokopi di sana. tujuan gue ke sana kali ini gak cuma mau fotokopi, tapi juga mau bikin soft cover buat laporan PKL gue, lebih murah lima ribu rupiah dibanding jasa fotokopi yang ada di sekitar kampus. daerah balai rakyat dengan rumah gue gak begitu jauh, maka dengan prinsip ekonomi pengiritan, berjalan kaki lah gue sama dhika. tadinya dia ogah-ogahan, tapi berhasil gue bujuk dengan gimmick dibeliin es krim :D *eh, sama aja ngongkos yak?*
selesai dengan misi transaksi dengan si abang tukang fotokopi, si dhika juga udah dengan penuh khidmat jilatin es krim yang kita beli di toserba seberang jalan tempat fotokopian, maka pulanglah kita dengan berjalan kaki lagi. gue mulai berkeringat, belum lagi jalan kita harus sesantai mungkin. supaya es krimnya dhika bisa habis sebelum sampai rumah.
Cold
nah, begitu sampai rumah. gue mulai mengeluhkan panas yang menyengat di luar. gue masuk kamar mandi dong, mencoba menyelamatkan punggung kaki gue yang hampir gosong *lebay*. setelah itu, gue berusaha kembali fokus dengan pekerjaan gue di kamar, sedikit baca-baca lagi tentang penelitian kualitatif. namun itu gak bertahan lama, gue yang udah ngipas-ngipas selama membaca seluruh materi itu, akhirnya keluar kamar, ngambil air minum.
lemari es tiga pintu yang berada dekat kamar gue sungguh sangat menggoda.
tidak. gue tidak akan minum air dingin dengan alasan apapun, tenggorokan gue masih bermasalah dan gue gak mau ambil resiko menambah derajat masalah. tapi raga ini seperti dipersuasif dengan kegagahan penampilan lemari es itu.
maka dengan semangat 45 gue melenggang ke sana, membuka pintu freezer dan yak, gue memasukkan kepala gue ke dalam sana. menghirup sedalam-dalamnya aroma kembang es campuran coklat. nyaman sekali ~ !
gak cukup dengan itu, mengingat kaos kuning ketat gue udah setengah basah karena keringat di bagian punggung, gue membuka pintu kedua, pintu di bawah freezer. Ah~ kimochiii!
gue mencoba berlama-lama di sana, lalu membayangkan salah satu episode Spongebob yang dia lupa nutup pintu kulkas semaleman, eh pas pagi rumah nanasnya bisa jadi arena ice skeating. keren juga kalo bisa kayak gitu. haha. tolol.
sudah agak puas dengan pendinginan itu, gue kembali berkutat dengan kertas-kertas gue.
Hot and Cold
tiba saatnya makan malam. gue dan ibu gue makan berdua di meja makan. kondisi macam itu jarang terjadi karena biasanya ibu makan sambil nonton tivi dan gue makan di kamar sambil nge-net. posisi duduk gue dekat sama si lemari es tiga pintu tadi. karena masih berasa gerah, gue buka lagi itu pintu yang paling bawah, berharap ada sedikit hembusan dingin keluar dari sana. tapi sebelum ibu gue mulai curiga dengan tingkah gue, gue melakukan pengakuan.
gue: "bu, tadi siang willa masukin kepala ke kulkas"
ibu: "hmm.. kamu juga waktu kecil ky gitu" (ekspresi datar sambil fokus sama makan malamnya, pecel)
gue: (kaget) "hah? masa sih bu?" (merasa dituduh karena merasa gak pernah melakukan itu dulu)
ibu: "iya, dulu waktu TK, kamu pulang sekolah buka pintu kulkas terus duduk di dalem" (masih datar, tapi agak semangat ngomongnya)
gue: "ah~ iya ya? kok willa gak inget yah? willa malah ingetnya kejedot pintu kulkas sampe nangis"
ibu: "kejedot? kok bisa?" (akhirnya ada ekspresinya)
gue: "iya, waktu itu kan willa buka pintu kulkas, lagi main apaan tau deh tuh, eh kejedot. berat kali tu pintu. untung gak pesek ni idung." (sambil ngelus idung, bersyukur gak pesek walaupun ukurannya agak besar)
ibu: "ya ampun.." (melenggang ke dapur, makannya udah selesai)
intinya, gue gak tahan dengan panas macam begini. ditambah lagi kamar gue gak pake AC karena gue gak mau nyumbang pemanasan global. well, biar Jakarta gak begini-begini terus panasnya, yuk turunin demamnya dengan menanam pohon biar adem dan rajin-rajin nyiram aspal biar kalo orang jalan gak debuan.
peace on earth or earth in pieces?
you decide, you act.
Comments
Post a Comment
Please leave your comment below. Thank you :*